Lamalera : Pemburu paus

|| || , || 1 comments





Masyarakat Lamalera menyandarkan hidup dari menangkap paus. Para pemburu yang berhasil akan disanjung sebagai pahlawan, sedang yang gugur senantiasa dikenang namanya. Fadil Aziz mengisahkan petualangannya bersama para lamafa, kesatria laut dari timur Indonesia.
Tradisi perburuan paus di Lamalera tergolong langka di dunia karena dilakukan dengan cara-cara primitif—memakai perahu tradisional, layar yang terbuat dari daun, dan tombak kayu. Saat misionaris Katolik menginjakkan kakinya pertama kali di Lembata sekitar 500 tahun silam, tradisi antik ini sudah hidup. Entah berapa lama usia pastinya.
Karena masih menggunakan cara-cara kuno jugalah perburuan ala Lamalera ini masuk kategori aboriginal whaling. Suku lain yang mempraktikkan tradisi serupa (berburu paus untuk dikonsumsi) antara lain Eskimo Alaska, Makah Washington State, Inuit Kanda, dan Chukotka Rusia. Namun, berbeda dengan Lamalera, sebagian orang-orang ini sudah mengenal teknologi modern. Mereka menggunakan speed boat, pemancar radio, dan senapan harpun. Ikan paus yang diburu adalah jenis sperm whale (paus sperma) yang panjangnya berkisar antara 11 – 20 meter dan sering muncul di perairan Lembata. Kebetulan ini spesies yang sama dengan paus di novel Moby Dick. Sementara jenis paus biru pantang diburu; salah satu suku di Lamalera bahkan menjadikannya simbol suci. Walau sebenarnya, jika dipikir-pikir, blue whale yang panjangnya bisa mencapai 33 meter dengan bobot 190 ton ini memang mustahil bisa ditangkap memakai metode primitif.

Comments
1 Comments
/[ 1 comments Untuk Artikel Lamalera : Pemburu paus]\
Anonim mengatakan...

Heya valuable document. I'd slightly difficulity viewing this information onSafari although, uncertain exactly why?
my page - Genital Wart Cure

Posting Komentar